Diajari Puisi oleh Sawah Pak Basuki

Diajari Puisi oleh Sawah Pak Basuki

Membuat puisi kata orang-orang adalah sesuatu yang sulit. “utuh jiwa seni” atau “bukan jiwa puitis” adalah beberapa contoh alasan yang kerap kali dilontarkan. Seperti halnya peserta didik kelas 4A SD NU Master Sokaraja. Bagi anak-anak, puisi adalah hal yang asing sama sekali, bahkan ada yang menganggapnya aneh. Contoh-contoh puisi anak yang mereka baca di buku memang menambah ragam kata yang mereka miliki, tetapi untuk membuat puisi sendiri, berbeda ceritanya.

Kali ini kelas 4A berkesempatan menjelajahi alam saat jam pembelajaran. Kebetulan cuaca sedang bagu, matahari tidak terlalu terik, dan angina berhembus sedang menyejukkan. Anak-anak dengan penuh semangat melangkahkan kaki menyusuri jalan yang kanan-kirinya dipenuhi persawahan. Jalan raya ini adalah jalan utama menuju SD NU Master Sokaraja. Dengan riang mereka berjalan cepat dipacu antusias belajar di luar ruang kelas.

Sampailah di sebuah area persawahan. Anak-anak berbaris rapi di tanah yang biasa digunakan petani untuk mengumpulkan hasil panen. Kebetulan disana ada Pak Basuki, salah satu petani yang sedang membersihkan rumput. Tak lupa anak-anak meminta izin untuk beristirahat disana.

Guru mulai memberikan tugas. Tugas yang sangat sederhana, membuat satu bait puisi tentang alam persawahan yang mereka datangi ini. Jika biasanya anak di dalam kelas mengeluh kesulitan, di alam bebas ternyata memberikan energi yang berbeda. Anak-anak menulis dengan tekun dan tak sedikit yang tanpa sadar senyum-senyum sendiri.

Tertulislah diatas kertas kata-kata yang bahkan mereka sendiri asing. Kata-kata ekspresi seperti “betapa indahnya”, “sungguh senang”, “wahh.. sejuk sekali.” Adalah frasa-frasa yang sebelumnya mereka angga aneh, namun sekarang mereka ingin menulis sebanyak-banyaknya.

“lebih dari empat baris apakah boleh, pak guru?” kata anak-anak.

“tentu saja!” sahut pak guru.

Tempat ini setiap hari mereka lewati, dua kali. Saat berangkat, dan pulang sekolah. Tetapi siapa yang mengira, jika mereka berhenti akan sangat menyenangkan. Setelah selesai, mereka kembali melipat buku dan berbaris. Tidak lupa mereka mengucapkan terimakasih kepada pak Basuki yang masih sibuk menyiangi rumput.

Terimakasih sawah, terimakasih pak Basuki. Sekarang anak-anak kelas 4A tak ragu lagi membuat puisi.

Penulis : M. Tofiq Royani, S.Pd (Guru Kelas 4 SD NU Master Sokaraja)

Pojok Baca